Baru-Mendengar bagaimana keadaan warga Afrika Timur Dan Selatan yang sedang terkena musibah terserang wabah penyakit dan kelaparan yang mendalam setidaknya disini diperlukan solideritas seluruh bangsa dunia. dan perhatian seluruh kepala negara didunia, buat dapat tersentuh melihat keberadaan mereka yang sedang terkena wabah penyakit itu. Saya bangga dengan Kehadiran (UNICEF). UN PBB. dan saya sangat bangga hebatnya cara kerja Utusan UN PBB itu. Artinya mereka paham betul bagaimana keadaan warga Afrika Timur Dan Selatan sangat membutuhkan kehadiran mereka. Demikian andri elyus luntungan pengamat international saat dimintai tanggapannya mengenai keadaan wabah penyakit dinegara Afrika Timur dan Selatan itu. melalui HP .
Andri juga menambahkan, kejadian wabah yang terjadi di Afrika Timur dan Selatan setidaknya tanggung jawab seluruh bangsa dunia. oleh sebab itu disini perlu saya menyentuh kepada seluruh kepala negara dunia untuk bisa membantu warga Afrika yang saat ini sedang menderita oleh sebab penyakit kolera yang menyerang negara itu. Demikian andri mengahiri perkataannya.
Ditempat yang lain Menurut Dana Anak-Anak PBB (UNICEF), negara-negara di Afrika bagian timur dan selatan termasuk di antara negara-negara yang terkena dampak paling parah, dengan jumlah kematian mencapai 75 persen dan sepertiga kasus kasus, per 15 Januari.
Karena daerah-daerah tersebut juga menderita kekurangan air bersih dan sanitasi yang memadai, serta manajemen kasus yang buruk, anak-anak sangat rentan karena wabah ini menyebar dengan cepat.
“Wabah kolera di wilayah ini merupakan kekhawatiran besar terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak,” kata Etleva Kadilli, Direktur UNICEF untuk Afrika bagian timur dan selatan, pada hari Senin.
“Investasi dalam memperkuat sistem untuk mengatasi akar penyebab kolera dan keadaan darurat kesehatan masyarakat lainnya, khususnya dalam meningkatkan akses terhadap air bersih, peningkatan sanitasi dan kebersihan, perubahan perilaku sosial dan kualitas manajemen kasus, sangatlah penting.”
Ia juga menyoroti dampak perubahan iklim yang semakin besar, serta dampaknya yang beragam terhadap anak-anak.
“Kehilangan pembelajaran adalah kekhawatiran utama. Sangat penting bahwa respons yang diberikan tidak hanya cepat namun juga mempertimbangkan kesejahteraan jangka panjang anak-anak ini. Ketika tahun ajaran baru dimulai di banyak negara di kawasan ini, sangat penting untuk menerapkan langkah-langkah di sekolah untuk melindungi anak-anak dari infeksi,” katanya. Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) melaporkan bahwa data awal dari Negara-negara Anggota menunjukkan bahwa jumlah kasus kolera yang dilaporkan pada tahun 2023, pada tanggal 15 Desember, melampaui jumlah kasus pada tahun 2022.
“Hampir setahun telah berlalu sejak WHO mengklasifikasikan kebangkitan kolera secara global sebagai darurat tingkat 3, tingkat darurat kesehatan internal tertinggi yang memerlukan respons komprehensif,” kata badan tersebut dalam laporan yang dikeluarkan pekan lalu.
WHO saat ini sedang meninjau tanggapannya terhadap kolera secara global untuk mengidentifikasi pembelajaran utama dan membuat penyesuaian berdasarkan bukti jika diperlukan untuk mengoordinasikan kegiatan dengan lebih baik dalam beberapa bulan mendatang.
“Berdasarkan besarnya jumlah wabah dan perluasan geografisnya, serta kekurangan vaksin dan sumber daya lainnya, WHO terus menilai risiko di tingkat global sangat tinggi,” tambah badan tersebut. WHO juga mencatat bahwa angka-angka tersebut harus “ditafsirkan” dengan hati-hati” mengingat sistem dan kapasitas pengawasan yang berbeda-beda di berbagai negara, yang berarti bahwa data tahun 2023 tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan laporan dari tahun-tahun sebelumnya. Wabah ini merupakan yang paling mematikan di Malawi, di Afrika bagian selatan, dan Haiti, di Karibia.
1,771 orang meninggal karena penyakit ini di Malawi, sementara 1,156 orang meninggal di Haiti, pada 15 Desember 2023.
Di wilayah lain di Afrika, Republik Demokratik Kongo (DRC) melaporkan hampir 1.000 kasus setiap minggunya, sementara Zimbabwe dan Mozambik mengalami peningkatan kasus dan penyebaran wabah. Burundi dan Zambia juga terus melaporkan wabah aktif, menurut laporan tersebut.
Afghanistan melaporkan jumlah kasus suspek dan/atau terkonfirmasi tertinggi, meskipun negara tersebut menggunakan sistem pengawasan yang berbeda dari negara lain. (Dhont Bosco Amerika).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar